Fashion Sebagai Wujud Nasionalisme, Why Not?

Team Tioria

Posted on August 16 2021

Fashion Sebagai Wujud Nasionalisme, Why Not?

Babes, ayo jujur kapan terakhir kali kita menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan penuh khidmat dan menitikkan air mata. Atau kapan terakhir kali kita mengikuti perayaan tujuh belas Agustus dengan perasaan membuncah dan bangga menjadi Indonesia. Mari tanyakan kembali ke dalam diri kita, seberapa nasionaliskah diri ini?

 

Kita sudah melesat jauh dari era kemerdekaan. Kita sudah berjarak dengan sirine darurat perang, pembatasan jam malam dan rasa menggebu di dalam dada untuk segera merebut kemerdekaan. Sehingga wajar jika pemaknaan hari ulang tahun negara Indonesia berakhir pada satu hari dalam setahun di mana kita merayakan kemerdekaan tersebut ala kadarnya.

 

As cheesy as it might sound, saat ini adalah giliran kita untuk mengabadikan dan merayakan kemerdekaan. Tanpa kita sadari, perjuangan meraih merdeka telah memberikan kita banyak privileges. Mulai dari kebebasan berpendapat, memiliki akses yang mudah untuk berbagai macam informasi hingga kepada hal sesederhana berkumpul dan berdiskusi. Di belahan dunia lain, tiga hal ini masih menjadi sesuatu yang diperjuangkan lho, babes.

 

Tapi jangan kuatir, merayakan kemerdekaan tidak harus melalui air mata yang tumpah saat mengumandangkan lagu kebangsaan atau sikap sukarela mengikuti upacara berjam-jam, kok. Sebab kita mengerti bahwa nasionalisme itu lebih dari sekadar pernyataan simbolik melalui upacara dan perayaan-perayaan setahun sekali.

 

Meski demikian, penting untuk secara simbolik mengenang kembali perjuangan dan upaya meraih kemerdekaan melalui berbagai cara. Hal ini untuk menguatkan kembali kebanggaan kita menjadi Indonesia. Seiring zaman berlalu, tentu semakin kreatif kita dalam menciptakan “perayaan-perayaan simbolik” itu. Bisa melalui keriaan tanggal 17 Agustus, memilih satu hari sebagai Hari Batik di kantor hingga mengaplikasikan Indonesia dalam pilihan busana.

 


Bangga Berindonesia Lewat Fashion, Kenapa Tidak?

 

Di Tioria, Tioria percaya untuk bisa menyayangi sesuatu, Tioria harus mengenalnya sedalam mungkin terlebih dahulu. Sebab pepatah lama bilang Tak Kenal Maka Tak Sayang, bukan? Ini sebabnya tim riset Tioria tidak putus melakukan upaya untuk mengenal Indonesia melalui budaya dan sejarahnya.


Indonesia yang membentang 1,9 juta kilometer dari Sabang sampai Merauke memiliki ratusan bahkan ribuan corak dan motif yang terangkum dalam 34 provinsinya. Identitas ini menanti untuk digali dan dikenali lebih-lebih dikenakan dengan bangga oleh pemiliknya. Tioria ingin menjadi perantara proses ini dengan metode serap dan modifikasi untuk mempermudah kamu dalam mengenali Indonesia. Biar kamu memiliki your own moment of Tak Kenal Maka Tak Sayang nih, babes!


Caramia selaku owner mencoba menerjemahkan nasionalisme melalui apa yang ia lakukan di Tioria. Ia mencoba sebaik mungkin menangkap “suara” dari setiap desain yang ia hasilkan. Hal ini tidak terlepas dari nilai yang diturunkan Mama Joyce kepada Caramia selaku owner sekaligus head of design dari Tioria, untuk bangga menjadi orang Indonesia asli, sekecil dan sesederhana apapun caranya. Energi serupa radiate di dalam tim kecil Tioria dalam menciptakan setiap item fashion yang tidak hanya sekadar indah dipandang, tapi sedikit banyak memiliki pesan yang bisa bersuara dalam pemakaiannya.

 

Babes, meski sempat menetap di luar negeri dan terpapar first hand dengan budaya asing, Mama Joyce memilih untuk kembali ke budaya Indonesia. Inovasi dan kemajuan negeri asing menjadi pendukung dalam upaya mengenalkan Indonesia dengan lebih berwarna dan modern tanpa mengurangi nilai historis dan budayanya.

 

Merayakan Kemerdekaan Melalui Fashion Yuk!

 

Dalam perkembangan sejarah, kita melihat bagaimana fashion menjadi pernyataan yang berani dan signifikan. Mulai pemilihan warna bendera merah putih dan makna di balik itu, seragam tentara PETA dalam merebut kemerdekaan dari jajahan Jepang hingga upaya reviving batik dari seluruh penjuru Indonesia untuk dipoles dan dipopulerkan penggunaannya bagi semua orang.

 

Kita juga melihat di tahun-tahun sebelum kemerdekaan, para cendekiawan mengenakan pakaian daerah berupa blangkon sebagai padanan jas Eropa untuk menegaskan ciri khas Indonesia. Di akar rumput, orang-orang mengenakan jarik dan kebaya dalam aktivitas kesehariannya.Kamu juga pasti familiar dengan ilustrasi-ilustrasi pejuang perempuan seperti Cut Nyak Dien dan Dewi Sartika yang mengenakan kebaya di tengah perjuangan mereka.


Kamu juga pasti familiar dengan ilustrasi-ilustrasi pejuang perempuan seperti Cut Nyak Dien dan Dewi Sartika yang mengenakan kebaya di tengah perjuangan mereka. Ini memperlihatkan simbol keanggunan sekaligus kekuatan perempuan yang bisa dicerminkan dari pakaian khas Indonesia; kebaya.

 

Di lini gender sebaliknya, kita juga melihat bagaimana setiap pejuang mengenakan pakaian adat kebanggaan daerahnya. Mulai dari Pattimura dan Baju Celenya, Hasanuddin dan Bodo Tokko dan seterusnya. Belum lagi penciptaan batik yang merupakan aplikasi budaya tutur sehingga siapa sangka, setiap motifnya bisa bercerita panjang tentang dewa, langit dan kehidupan di zaman dulu.


Tanpa disadari, fashion telah menjadi bagian dari pernyataan “Ini lho Indonesia, dan Tioria bangga terhadapnya,” dan menjadi bagian dari upaya merebut kemerdekaan.

 

Pernyataan itulah yang kemudian Tioria coba untuk serap dan modifikasi agar lebih peka terhadap perkembangan zaman. Di Tioria, kamu bisa menemukan berbagai motif, corak dan warna khas Indonesia dengan desain modern yang bisa menjadi your own nationalism statement. Kita bisa menjadi perpanjangan tangan sejarah kemerdekaan Indonesia meski kemerdekaan berjarak tujuh dekade jauhnya.

 

Jadi, terlihat fashionable sambil merayakan kemerdekaan dengan bangga ber-Indonesia, kenapa nggak?

More Posts